Pandeglang, begitulah nama Kabupatenku ini.. Kota santri, begitulah lmej yg pertama terbesit dalam setiap pemikiran orang-orang begitu mendengar nama Kabupaten Pandeglang, Namun semua itu hanyalah sepenggal cerita klasik hasil dari buah pemikiran & karya para pendahulu Qita.. Ulama, begitulah gelar ini begitu lazim di sebut bagi seseorang yang d anggap mengetahui & paham akan sebuah Ilmu tetang ke islaman... Namun ditengah kondisi Pandeglang kini, semua itu hanyalah sebuah sebutan yang tidak ada parameternya. Kaum Ulama, di mana Komunitas ini yang seharusnya menjadi penyeimbang sekaligus sebagai Pengontrol dalam setiap kepemimpinan & kebijakan Umaro (Bupati selaku kepala daerah) , kini justru malah menjadi alat kekuasaan yang d gunakan oleh Umaro (Bupati) di dalam memuluskan kebijakan yang bukan sebagai kapasitasnya sebagai Kepala Daearah melainkan sebagai Ketua Partai Politik, Sungguh ironis, miris dan bahkan sadis memang cara-cara yang di gunakan oleh sang BUPATI di dalam memuluskan setiap rencananya, d mana Peran Sentral n ketokohan Ulama di jadikan kekuatan Politiknya, masuk akal memang d mana Peran sentral, ketokohan & figur ulama begitu melekat di tengah-tengah masyarakat Pandeglang, Para ulama bagaikan kerbau yang di cocoki hidungnya yang sangat manut n tunduk kepada sang Bupati, bagaimana tidak, sang Bupati terlalu jauh menyalah gunakan kekuasaannya (abuse Of Power), bantuan-bantuan ke agamaan yang berasal dari kas daerah (APBD PANDEGLANG) di kemas seolah-olah seperti bantuan yang digelontorkan dari saku Pribadi sang Bupati, kamuflase ini begitu lazim di gunakan sang bupati di dalam menarik simpati n empati Ulama n Masyarakat Pandeglang, khususnya daerah Pandeglang "Selatan" yang kurang akan akses sebuah informasi...
Jumat, 06 Februari 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Kalo dulu kita menghadap Tokoh Agama untuk meminta doa dan karomah-nya, di jaman sekarang yg kita butuhkan adalah Handphone Kiayi untuk menghubungi Pejabat....!!!!
BalasHapus